
Jakarta – Masyarakat Papua berduka dan mengibarkan bendera setengah tiang sebagai penghormatan atas wafat Abdurrahman Wahid yang dinilai sebagai bapak bangsa pemberi demokratisasi di tanah Papua. Lagu “Terima Kasih Bapak Gus Dur” diciptakan khusus diciptakan masyarakat Papua atas jasa mengembalikan nama Papua.
Pada awal 2000, saat menjabat Presiden, Gus Dur memberikan kado yang tak terlupakan bagi Papua. Mengembalikan nama Papua dari Irian Jaya adalah bentuk pengembalian identitas lokal Papua. "Kepergian Gus Dur memberi duka yang mendalam bagi kami, rakyat Papua. Kami merasa kehilangan," kata Ketua Liga Perjuangan Nasional Rakyat Papua (LPNRP) Arkilaus Arnesius Baho, Kamis (31/12).
Arkilaus menuturkan, di gedung olah raga di Manokwari pada awal 2000 ribuan orang tumpah ruah dan sangat bersimpati menyambut kedatangan Gus Dur. Kala itu Gus Dur dengan berani menghilangkan nama Irian Jaya. "Beliau orangnya berani. Berani melawan diskriminasi, dan tidak mau bertele-tele. Gus Dur merupakan Presiden Indonesia terbaik setelah Soekarno."
Sejak peristiwa awal 2000, pada 2004 seiring diberlakukan otonomi khusus, Irian Jaya resmi berubah nama menjadi Papua. "Sebagai ucapan terima kasih, kami membuat lagu Papua yang berjudul 'Terima Kasih Bapak Gus Dur'," kata Arkilaus.
Menurut Arkilaus, saat Orde Baru berkuasa, di tanah Papua nyaris tidak ada demokratisasi. Kebebasan menyatakan pendapat dibungkam. Pendekatan yang ditawarkan justru pendekatan militeristik. "Berkat Bapak Gus Dur, demokrasi di Papua berangsur pulih. Kami juga akan berdoa bersama di penghujung tahun ini untuk Gus Dur."
Saat berziarah di makam Theys Hiyo Eluay, Ketua Dewan Presidium Papua, pada 2006, Gus Dur menyatakan akan terus terjuang menjadikan Theys sebagai pahlawan nasional. "Terima kasih Bapak Gus Dur, bapak bangsa," kata Arkilaus. (E4)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar