Menteri-menteri Indonesia tampaknya belum kehabisan komentar kontroversial. Setelah Menkominfo Tifatul Sembiring yang mendapat kritik karena menghubungkan skandal video seks dengan penyaliban, kini giliran Menteri Hukum dan HAM Patrialis Akbar.
Dalam wawancara dengan Al Jazeera, Patrialis mengatakan, jika ada masyarakat Indonesia yang marah pada Israel, tidak tepat mereka bertempur di sini dan melancarkan serangan bom di sini. Lebih baik lakukan serangan bom di Israel. "Ketika mereka ke sana, dan menunjukkan solidaritas, barulah mereka jadi pahlawan, dan baru kami menghormati mereka. Kami malah akan memberi mereka uang kalau mereka butuh, kami beri mereka senjata, kami beri mereka uang, dan kami urus keluarga mereka yang mereka tinggalkan, daripada ketika mereka menyerang di Indonesia dan membunuh orang-orang tidak berdosa. Kalau mereka ke Israel, akan saya dukung."
Ketika dikonfirmasi ulang oleh wartawan Step Vaessen dengan pertanyaan, “Saya yakin Israel tidak akan setuju dengan rencana Anda mengirim pejuang bersenjata ke sana,” Patrialis melembutkan pernyataannya. “Tentu juga tidak dengan kekerasan. Yang saya maksud adalah membantu dengan proses perdamaian, membantu rakyat Palestina.”
Menurut Dino Patti Djalal, ketika ditanya oleh Al Jazeera tentang pernyataan Patrialis, itu hanyalah keputusasaan Patrialis setelah serangan kapal misi kemanusiaan Mavi Marmara oleh Israel. “Ada rasa marah di antara masyarakat Indonesia karena ada beberapa orang Indonesia di kapal tersebut dan terluka. Jadi dia hanya mengekspresikan keputusasaan dan kemarahannya, dan dia menyampaikan itu dengan caranya sendiri. Tapi tentu, ini bukan kebijakan pemerintah.” (Al Jazeera)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar