DIATAS BATU INI SAYA MELETAKAN PERADABAN ORANG PAPUA, SEKALIPUN ORANG MEMILIKI KEPANDAIAN TINGGI, AKAL BUDI DAN MARIFAT TETAPI TIDAK DAPAT MEMIMPIN BANGSA INI, BANGSA INI AKAN BANGKIT DAN MEMIMPIN DIRINYA SENDIRI.
( Pdt. I.S.Kijsne Wasior 25 Oktober 1925 )

Rabu, 04 Agustus 2010

KORBAN KONSPIRASI MODAL FREEPORT



Tahun 2009 konflik mengatasnamakan kelompok besenjata merebak. Mulanya dimulai dengan penembakan dan penyerangan terhadap buruh PT. Freeport. Kasus penembakan tidak berhenti lalu merebak ke pasukan siluman yang di stigma sebagai OPM. Bandara Mamberamo katanya di kepung kelompok bersenjata. Alih alih gangguan keamanan, aparat pun diterjunkan ke areal ini. Padahal, Mamberamo ini mau dibuka investasi yang dikenal konservasi " CTI".

Reputasi investor konservasi ini sampai ke wilayah Yapen Waropen. Mamberamo secara geografis berdekatan dengan Yapen Waropen. Tidak lama kemudian, insiden penembakan terhadap aktivis HAM Papua ini. Rekayasa konflik demi kepentingan investasi inilah berujung pada korban tak tau apa-apa.

Otsus di Papua itu sudah gagal karena tidak mampu lindungi orang Papua seperti yang terbunuh dalam video diatas. Otsus Papua gagal karena tidak mampu lindungi orang-orang seperti Kelli Kwalik di Timika dan Yawan Wayeni di Yapen Waropen. Otsus Papua itu gagal karena melindungi kepentingan investor saja selama ini.

Berbagai cara dilakukan demi investasi. Kasus di Puncak Jaya sampai sekarang pun sama dengan kemauan Freeport saja. Capital Violence akar dari tragedi kemanusiaan selama ini diPapua.


TEMPO Interaktif, Jakarta - Video amatir yang berisi detik-detik terakhir hidup Yawen Wayeni, aktivis Papua yang tewas Agustus tahun lalu beredar di YouTube (http://www.youtube.com/watch?v=SRgkMFASjEU). Video berdurasi 7 menit 28 detik itu tampaknya diambil dengan kamera telepon genggam yang dipegang oleh pria berlogat Indonesia Timur.

Awalnya, pengunggah yang tidak dikenal itu memaparkan lima foto Yawen berjalan dan duduk tanpa baju dengan usus terburai. Foto dilanjutkan video yang menayangkan suasana sebuah rumah di dataran tinggi yang mereka identifikasi sebagai Markas TPN/OPM (Tentara Pembebasan Nasional/Organisasi Papua Merdeka). "Pasukan organik saja tidak bisa sampai di atas sini," kata seorang di latar belakang.

Proses pengambilan video tampaknya dilakukan setelah operasi. "Kapan jalan, sudah lapar, ini," ujar seorang pria berkulit legam. Tali ransel yang dipanggulnya menutupi papan namanya.

Juru kamera lalu mengarahkan bidikan ke Yawen yang terbaring sekarat. "Tersangka, TPN/OPM," ujarnya.

Dengan nafas tersengal, pria 40 tahun itu mengacungkan tangan kanan dan berseru "Papua Merdeka". Sang juru kamera menantangnya untuk berkata lebih banyak. "Biar Pemerintah Indonesia tahu, kalian tidak akan pernah merdeka selama masih ada aparat," katanya.

"Merdeka, otonomi, federasi," kata Yawen, membalas. Walau sudah kepayahan dia masih membeberkan data 16.081 orang mendukung kemerdekaan Papua, 200 orang otonomi dan 5 orang federasi.

"Terus?" kata juru kamera. "Tuhan tidak menghendaki itu, kamu salah," kata suara di belakang. "Kamulah orang-orang kafir," ujar juru kamera. "Tapi tanah ini dijanjikan Tuhan kepada kami, orang-orang Papua," kata Yawen.

Di ujung percakapan, Yawen mengaku hanyalah orang kecil yang tidak tahu apa-apa. "Kita ngerti kau orang kecil, kau menuntut hak-mu, tapi salah caramu begini," ujar suara di latar belakang. Dia menganjurkan Yawen untuk menyalurkan suaranya lewat anggota dewan. "Mereka yang kelola uang, makan uang," katanya. Yawen yang sudah terpejam hanya menggeleng.

"Tuhan, penderitaan rakyat kecil sudah sungguh banyak, mereka menangis," ujar Yawen. Aparat kemudian bertanya, penderitaan seperti apa yang dia maksud. Juru kamera nimbrung, "Tuhan tidak akan mengabulkan kau punya permintaan, kalian orang-orang yang zalim," katanya.

"Kau adalah orang Papua yang paling bodoh," kata Yawen, menunjuk ke seseorang di sebelah kanan juru kamera, lalu meludah. "Kalau kau pintar, kau akan membela yang benar."

Sambil melihat ke arah lain, dia meminta ditembak mati. "Orang asing, tembak, jangan kau, orang Papua bodoh," kata Yawen.

Teman-teman aparat langsung membela rekannya yang dituding bodoh itu. "Papua tidak akan merdeka sampai Yesus turun ke bumi," katanya.

Perbincangan mereka berakhir karena mendapat kabar menemui seseorang. "Ayo balik," kata juru kamera. Dia lalu memerintahkan rekannya bawa tandu dan sarung untuk mengikat Yawen. "Biar dia punya usus tidak terburai," ujarnya.

Yawen adalah anggota Tim 100 yang menyerukan Papua Merdeka di Istana Presiden sebelas tahun lalu. Menurut Komisi Untuk Orang Hilang dan Korban Tindak Kekerasan, dia masuk daftar pencarian orang karena dicurigai sebagai aktivis TPN/OPM.

April lalu, Sekretaris Federasi Kontras Oslan Purba mengatakan Yawen ditangkap polisi saat operasi penyisiran di Desa Matembu, Serui, Papua. Berdasarkan keterangan istri Yawen, korban ditembak di betis kiri. dan dipaksa berteriak Papua Merdeka.

Malamnya, keluarga mendapat kabar Yawen meninggal dunia dan jenazahnya berada di Rumah Sakit Serui, Papua. "Jenazah langsung dikubur malam itu juga," kata Oslan.

Tidak ada komentar:

KOLOM KOMENTAR

PAPUAN PICTURE

Arkilaus Baho

FREEPORT PERUSAHAAN TERBURUK DI DUNIA

KOTAK PESAN