DIATAS BATU INI SAYA MELETAKAN PERADABAN ORANG PAPUA, SEKALIPUN ORANG MEMILIKI KEPANDAIAN TINGGI, AKAL BUDI DAN MARIFAT TETAPI TIDAK DAPAT MEMIMPIN BANGSA INI, BANGSA INI AKAN BANGKIT DAN MEMIMPIN DIRINYA SENDIRI.
( Pdt. I.S.Kijsne Wasior 25 Oktober 1925 )

Selasa, 17 Agustus 2010

INILAH DORPRIZE HUT RI YANG KE 65


Narsis SBY Sudah Keterlaluan

Selasa, 17/08/2010 | 21:36 WIB, Jakarta - Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) sudah terkenal dengan pemimpin yang selalu mengandalkan citra. Dalam berbagai kesempatan, SBY kerapkali mengedepankan citra dirinya di hadapan publik. Tetapi nampaknya pencitraan kali ini dinilai terlalu berlebihan. Aktivis Kompak Ray Rangkuti menilai politik pencitraan yang dilakukan oleh SBY sudah sudah melampaui batas.

“Tingkat politik pencitraan SBY nampaknya sudah keterlaluan. Ia sudah melewati batas yang bisa kita pahami. Ia nampaknya sudah sampai pada tingkat narsis. Narsis yang sudah kronis,” ujar Ray Rangkuti dalam diskusi "Stop Pemimpin Citra" di Kantor Institut Hijau Indonesia, Jakarta Selasa (17/8/2010).

Kritik Ray tersebut dilontarkan untuk menanggapi pembagian majalah dan buku yang mengulas tentang dirinya dan keluarganya kepada para tamu yang menghadiri Upacara HUT RI ke-65 tahun di Istana Negara, Jakarta, hari ini. Salah satu buku yang dibagikan adalah hasil wawancara sebuah surat kabar dengan putra sulung SBY, Agus Hari Murti Yudhoyono. "Bagaimana bisa buku anaknya dibagi ke para tamu dalam sebuah acara resmi kenegaraan,” ujar Ray.

Selain pembagian buku, rangkaian acara Upacara HUT RI di Istana Negara tadi pagi juga diputar lagu ciptaan Presiden SBY. Hal ini juga mengisyaratkan bahwa SBY memang sudah mengalami penyakit narsis yang kronis.

"Tidak ada sejarahnya upacara upacara di Istana Negara memutar lagu lain kecuali lagu kebangsaan dan lagu wajib. Bagaimana bisa lagu SBY dinyanyikan dalam upacara resmi di Istana Negara. Seolah-olah lagu itu sama pentingnya dengan lagu perjuangan yang sudah ada," kritiknya. (boy)



Upacara Kemerdekaan, Bendera Terbalik

Selasa, 17 Agustus 2010 | 09:02 WIB
MANOKWARI, KOMPAS.com - Peristiwa sangat memalukan terjadi saat upacara peringatan HUT Ke-65 Kemerdekaan Republik Indonesia, Selasa (17/8) pagi di Manokwari Papua Barat. Bagaimana tidak, pasukan pengibar bendera yang telah dilatih berbulan-bulan oleh petugas tak mampu menunaikan tugas dengan baik.

Bendera Merah Putih yang mereka kibarkan, saat ditarik, ternyata dalam kondisi terbalik. Bagian berwarna putih di posisi atas dan bagian berwarna merah berada di posisi bawah. "Memalukan sekali," ujar Eka Wati, warga Manokwari yang turut menyaksikan upacara itu.

Bukan hanya warga sekitar dan pasukan peserta upacara yang terkaget-kaget, peristiwa ini pun sepertinya pasti mengecewakan Inspektur Upacara Abraham O Atururi yang juga Gubernur Papua Barat serta Komandan Upacara Mayor (Inf) Robert Morin yang juga Kepala Staf Kodim 1703 Manokwari.

Menurut informasi yang diterima Kompas, upacara itu diikuti perwira upacara Kapten (Inf) Irawan yang juga Kepala Seksi Operasi Kodim 1703 serta pengibar bendera Pedy Idowari, Fajar Rustam, dan Abdul Kadir serta Komandan Peleton Paskibra Letnan Satu Kadiwaru.



Bendera Raksasa Berkibar di Bumi Papua

Senin, 16 Agustus 2010 | 17:08 WIT
JAYAPURA, KOMPAS.com — Peringatan Hari Ulang Tahun Ke-65 Republik Indonesia di Papua pada 17 Agustus 2010 akan diisi dengan pembentangan bendera Merah Putih raksasa. Bendera berukuran 165 x 47 meter itu akan dibentangkan di Wutung, dekat perbatasan Indonesia-Papua Niugini.

Demikian dijelaskan dalam rapat peringatan 17 Agustus yang dipimpin Wakil Walik Kota Jayapura Sudjarwo, Ketua Barisan Merah Putih Jayapura Nico Mauri, Ketua LSM Satria Kbarek, dan Kepala Penerangan Kodam XVII Cenderawasih Letnan Kolonel (Inf) Susilo, Senin (16/8/2010) di Jayapura. Letnan Kolonel (Inf) Susilo mengatakan, bendera itu dibentangkan secara miring pada sejumlah 33 pohon pinang.

"Bisa dibayangkan besarnya bendera melebihi gedung bertingkat," ucapnya. Bendera tersebut diklaim sebagai bendera Merah Putih terbesar yang pernah dikibarkan.

Nico Mauri menjelaskan, bendera berukuran panjang 165 meter memiliki makna 100 tahun hari jadi Kota Jayapura dan 65 tahun hari jadi Republik Indonesia. Sedangkan lebar 47 meter melambangkan usia Papua bergabung dengan Indonesia. Jumlah 33 pohon pinang melambangkan jumlah provinsi di Indonesia. Bendera itu diproduksi di Bandung dengan biaya Rp 48 juta. Kini, bendera itu sedang dalam perjalanan dari Wamena menuju Kota Jayapura.

Tidak ada komentar:

KOLOM KOMENTAR

PAPUAN PICTURE

Arkilaus Baho

FREEPORT PERUSAHAAN TERBURUK DI DUNIA

KOTAK PESAN